Salam Pembuka
Akhir Terkehendak
Pernah terbaca oleh mataku bahwa tulisan dalam hal
seperti ini seperti merupakan buku harian elektronik. Hal ini cukup masuk akal
bagiku saat itu, mengapa? Disini aku dapat mencurahkan isi hatiku, menyampaikan
hal yang pernah kualami. Ya, meskipun dalam takarannya buku harian bukan untuk
konsumsi umum. Meski tak sepenuhnya benar, mari kita terima E-Diary ini.
Namun, aku tak menuliskan hal-hal yang pernah kualami, aku hanya menuliskan hal
yang ada di otakku. Hal itu tak berarti yang pernah kualami atau yang ingin
atau yang kusuka dan tidak suka.
Otakku suka hal spontan, sesuatu yang terlalu lama
terkonsep akan hilang dengan sendirinya. Setidaknya itu diriku, entah kalian.
Setiap orang tidak pernah sama, begitupun orang yang mengaku punya selera
paling sama denganmu, selalu setuju dan mengerti dirimu. Mereka hanya
mengutarakan dengan bibir, kamu tidak akan pernah tahu hal paling ingin mereka
utarakan.
Bibir tak selalu dapat mengutarakan isi hati, bisa di
luar kamu mengatakan biasa saja padahal di dalam sungguh luar biasa. Misalnya saja
ketika mendapat kabar seseorang yang tak kamu sukai tak masuk kelas, sungguh
senang bukan main, bukan? Meski tak terucap bibir, kamu merasakan yang sebenarnya.
Sama dengan aku menulis sesuatu disini, tak berarti aku
benar-benar merasakan. Ketika menemukan hal baru tentu kamu ingin membaginya
agar hal itu tak hilang dengan cepat. Tempat ini sama, wadah bagi otakku agar
hal yang dihasilkan tidak hangus dimakan debu waktu. Aku benci melupakan
hal-hal yang kutemukan, rasanya seperti menyia-nyiakan anugrah Tuhan. Sama seperti
melupakanmu, aku benci.
Jika kamu tak suka jangan dipaksakan menengok ke tempat
ini karena akan kuisi dengan hal-hal yang kuingin. Tapi, ketika kamu ingin
memberi saran akan kuterima kalau ingin memaki aku dengan senang hati akan
mengabaikannya.
Untuk apa hal tak berguna didengar, bukan?


Komentar
Posting Komentar